Tektonika lempeng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Tectonics
plates (preserved surfaces)
Teori tektonika
Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala
besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini
telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading
yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar
dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang
terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas
dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan
litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di
bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak
relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen
(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi,
aktivitas
vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.
Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.[1]
Daftar isi
- 1 Perkembangan Teori
- 2 Prinsip-prinsip Utama
- 3 Jenis-jenis Batas Lempeng
- 4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
- 5 Lempeng-lempeng utama
- 6 Rujukan
Perkembangan Teori
Pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama
bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa
dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori
geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera
Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika
Utara dan Amerika Selatan memiliki
kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin
jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.[2]
Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.[3]
Penemuan radium dan
sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi,[4] karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi
adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan
menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya
sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal
bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada
dalam keadaan cair.
Teori Tektonik
Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran
Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred
Wegener tahun 1912.[6]
dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans
terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang
bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920
bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti
juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][10]
Bukti pertama
bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan
perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya.
Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun
1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi,[11] namun
selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan
vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi
yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan
sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik
lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai
dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut
tentang hubungan antara seafloor spreading
dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal)
oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason[12][13][14][15] menunjukkan
dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan
diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar
yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic
ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat
dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff
dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik
lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi
penjelasan dan prediksi.
Penelitian
tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi
kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting
dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi
penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam
bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Prinsip-prinsip Utama
Bagian lapisan
luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer
berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer
lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik
lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi,
sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan
memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda
dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer
sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian
mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang
berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci
tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan
tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer
yang mempunyai viskoelastisitas sehingga
bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat
pertumbuhan kuku
jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge,
ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng
Nazca.[16][17]
Lempeng-lempeng
ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya
dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.
Kedua jenis
kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak
benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng
akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah
di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi
dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.
Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng,
seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire)
di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng
tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng
terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng
Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan
Hindia.
Perbedaan
antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya.
- Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
- Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
Jenis-jenis Batas Lempeng
Tiga jenis
batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis
batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
- Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
- Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
- Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
Pergerakan
lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah
bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah
di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
Pada waktu
pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya
memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan
ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan
penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di
bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona
subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan
lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara
mudah menuju ke arah zona subduksi [19]
Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan
lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya
lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang bergerak
tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi
topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.
Pencitraan dua
dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)
menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di
seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia
batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi
dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan
kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya
apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana
konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet
masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika.
Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya
lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya
ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel
atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan didorong oleh gesekan
antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan
ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan
(slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan
basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel,
meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan,
atas dan bawah
Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng
terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic
ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada
mantel panas yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin
meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan
beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari
sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini
sering disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat
adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda
dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur
yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke
bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi
topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik
bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan
lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan
juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang turun ke mantel di palung
samudera.[21]
Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan skala
cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin
sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng
menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban
berjalan.
Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung
Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung
Gaya dari luar
Dalam studi
yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena
Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil
menarik lapisan permukaan bumi kembali ke barat.
Beberapa orang
juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan
mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan
bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang
di bumi.[22]
Pemikiran ini
sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh
bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang
fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat
membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.
Banyak lempeng
juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar
Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading)
di Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan
mantel bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua
lempeng
Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
Pergerakan
lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan.
Vektor yang
sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya
yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap
proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi
geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam
seberapa proses-proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng
bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak
dari lempeng ini sejauh mungkin.
Salah satu
hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket
pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang
tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of
Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik
yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka,
gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull
dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan
lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun
juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan
perdebatan dan riset para ilmuwan
Lempeng-lempeng utama
Peta
lempeng-lempeng tektonik
Lempeng-lempeng
tektonik utama yaitu:
- Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
- Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
- Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
- Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
- Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua
- Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
- Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng
penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan
lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya
waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau
semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan
mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan
benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun
kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada
akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang
menjadi benua sisanya)
Rujukan
2.
^ Kious WJ,
Tilling RI. "Historical
perspective". This Dynamic Earth: the Story of Plate
Tectonics (ed. Online
edition). U.S. Geological Survey. ISBN 0160482208. Diakses 2008-01-29. "Abraham Ortelius in his
work Thesaurus Geographicus ... suggested that the Americas were "torn
away from Europe and Africa ... by earthquakes and floods ... The vestiges of
the rupture reveal themselves, if someone brings forward a map of the world and
considers carefully the coasts of the three [continents]."" Unknown
parameter |origmonth= ignored (help)
3.
^ a b Frankel Henry
(1978-07). "Arthur Holmes and
Continental Drift". The British Journal for the History of Science
11 (2): 130–150.
4.
^ Joly J (1909).
Radioactivity and Geology: An Account of the Influence of Radioactive Energy
on Terrestrial History. London: Archibald Constable. hlm. 36. ISBN 1402135777.
5.
^ Thomson W
(1863). "On the secular cooling of the earth". Philosophical
Magazine 4 (25): 1–14. doi:10.1080/14786435908238225.
6.
^ Hughes
Patrick. "Alfred
Wegener (1880-1930): A Geographic Jigsaw Puzzle". On the Shoulders
of Giants. Earth Observatory, NASA. Diakses 2007-12-26. "... on
January 6, 1912, Wegener ... proposed instead a grand vision of drifting
continents and widening seas to explain the evolution of Earth's
geography."
7.
^ Alfred Wegener
(1966). The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover.
hlm. 246. ISBN 0486617084. Unknown parameter |translator= ignored (help)
8.
^ Hughes
Patrick. "Alfred
Wegener (1880-1930): The Origin of Continents and Oceans". On the
Shoulders of Giants. Earth Observatory, NASA. Diakses 2007-12-26. "By
his third edition (1922), Wegener was citing geological evidence that some 300
million years ago all the continents had been joined in a supercontinent
stretching from pole to pole. He called it Pangaea (all lands), ..."
9.
^ Holmes Arthur
(1928). "Radioactivity and Earth Movements". Transactions of the
Geological Society of Glasgow 18: 559–606.
10.
^ Holmes Arthur
(1978). Principles of Physical Geology (ed. 3rd). Wiley.
hlm. 640–641. ISBN 0471072516.
11.
^ 1958: The
tectonic approach to continental drift. In: S. W. Carey (ed.): Continental
Drift – A Symposium. University of Tasmania, Hobart, 177-363 (expanding
Earth from p. 311 to p. 349)
12.
^ Korgen Ben J
(1995). "A
Voice From the Past: John Lyman and the Plate Tectonics Story" (PDF). Oceanography
8 (1): 19–20.
13.
^ Spiess Fred,
Kuperman William (2003). "The
Marine Physical Laboratory at Scripps" (PDF). Oceanography 16
(3): 45–54.
14.
^ Mason RG, Raff
AD (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States
between 32°N latitude and 42°N latitude". Bulletin of the Geological
Society of America 72: 1259–1266. doi:10.1130/0016-7606(1961)72[1259:MSOTWC]2.0.CO;2.
15.
^ Raff AD, Mason
RG (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States
between 40°N latitude and 52°N latitude". Bulletin of the Geological
Society of America 72: 1267–1270. doi:10.1130/0016-7606(1961)72[1267:MSOTWC]2.0.CO;2.
17.
^ Hancock, Paul
L; Skinner, Brian J; Dineley, David L (2000). The Oxford Companion to The
Earth. Oxford University Press. ISBN 0198540396.
18.
^ Schmidt Victor
A, Harbert William. "The
Living Machine: Plate Tectonics". Planet Earth
and the New Geosciences (ed. third). ISBN 0787242969. Diakses 2008-01-28.
19.
^ Pedro
Mendia-Landa. "Myths
and Legends on Natural Disasters: Making Sense of Our World". Diakses
2008-02-05.
20.
^ Tanimoto
Toshiro, Lay Thorne (2000-11-07). "Mantle dynamics and seismic
tomography". Proceedings of the National Academy of Science 97
(23): 12409–12410. doi:10.1073/pnas.210382197. PMID 11035784.
21.
^ Conrad CP,
Lithgow-Bertelloni C (2002). "How Mantle Slabs Drive Plate
Tectonics". Science 298 (5591): L45. doi:10.1126/science.1074161.
22.
^ Lovett Richard
A (2006-01-24). "Moon
Is Dragging Continents West, Scientist Says". National Geographic
News.
Apa Itu Lempeng Tektonik?
Agu 4th, 2013 · 0 Comment
Lempeng tektonik dapat menjelaskan bentuk dan
pergerakan muka Bumi dari masa lampau hingga masa yang akan datang, dari lautan
terdalam hingga gunung tertinggi. Dikembangkan dari tahun 1950 sampai 1970-an,
lempeng tektonik adalah versi modern dari pergeseran benua (continental
drift), teori yang pertama kali diusulkan oleh ilmuwan Jerman, Alfred
Wegener, pada tahun 1912. Wegener tidak memiliki penjelasan bagaimana benua
dapat bergerak di planet ini. Sehingga tanpa ada bukti yang rinci, teori ini
pun akhirnya dipinggirkan.
Lempeng tektonik merupakan sebuah teori yang
menjelaskan bahwa kulit Bumi bagian luar terbagi atas beberapa lempeng yang
bergerak di atas mantel Bumi, lapisan batuan di atas inti Bumi. Lempeng Bumi
bertindak seperti kulit yang sangat keras dan kaku dibandingkan dengan mantel
Bumi.
Bagian lapisan luar Bumi berdasarkan perbedaan
mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas dibagi menjadi lapisan litosfer
dan lapisan astenosfer. Litosfer lebih dingin dan kaku dibandingkan dengan
astenosfer yang lebih panas dan secara mekanik lebih lemah. Pembagian lapisan
ini berbeda dengan pembagian secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak.
Sebetulnya, mantel Bumi bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer
pada waktu yang berbeda, tergantung dari tekanan, suhu, atau kekuatan gesernya.
Nah, lempeng-lempeng tektonik ini adalah lapisan litosfer yang bergerak
menumpang di atas astenosfer yang bersifat seperti fluida.
Lempeng-lempeng tersebut memiliki ketebalan
sekitar 100 km yang terdiri atas mantel litosferik dan dilapisi dengan material
kerak. Di setiap pertemuan antar lempeng umumnya sering terjadi gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis, seperti gunung dan palung. Banyak gunung
berapi aktif yang berada di atas pertemuan lempeng tersebut, seperti Cincin Api
(Ring of Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.
Batas-Batas Lempeng
Batas lempeng terdiri atas tiga jenis, yaitu
batas konvergen (convergent boundaries), batas divergen (divergent
boundaries), dan batas transform (transform boundaries).
Batas konvergen terjadi jika dua lempeng
bergesekan mendekati satu sama lain dan membentuk zona subduksi dan tabrakan
benua. Zona subduksi terjadi jika salah satu lempeng bergerak di bawah lempeng
lainnya, dan tabrakan benua terjadi jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Batas divergen terjadi jika dua lempeng bergerak
menjauhi satu sama lain dan membentuk zona retakan dan punggung tengah samudra
(mid oceanic ridge).
Batas transform terjadi jika terjadi gesekan
menyamping antar lempeng di sepanjang sesar transform. Contoh dari sesar jenis
ini adalah Sesar San Andreas.
Bentuk Muka Bumi Masa Lampau
Berkat lempeng tektonik, dengan petunjuk pada
batuan dan fosil, geosaintis dapat merekonstruksi kembali sejarah masa lalu
benua Bumi. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa lempeng tektonik dimulai
sekitar tiga miliar tahun yang lalu berdasarkan magma kuno dan mineral yang
terawetkan dalam batuan dari periode itu.
Benua-benua di Bumi ini saling berdesak-desakan
dan kadang-kadang membentuk sebuah superbenua (supercontinent). Salah
satu superbenua pada awal pembentukan Bumi adalah Rodinia yang terbentuk
sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Superbenua ini akhirnya terpecah dan
membentuk 8 benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini akhirnya
bersatu kembali membentuk sebuah superbenua yang disebut Pangaea yang terbentuk
sekitar 300 juta tahun lalu. Superbenua ini akhirnya terpecah kembali membentuk
Laurasia (yang membentuk Amerika Utara dan Eurasia) dan Gondwana.
Sumber: LiveScience, Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar